ALUR INFORMASI - Seorang nelayan asal Cirebon tidak pernah membayangkan hasil memancingnya di Laut Jawa akan berakhir dengan sebuah penemuan bersejarah.
Kisah ini terjadi pada tahun 2003. Awalnya, ia hanya berniat mencari ikan seperti biasanya.
Pagi itu, sang nelayan berlayar hingga sekitar 70 kilometer dari pesisir pantai. Dengan kedalaman laut mencapai 50 meter, lokasi tersebut memang dikenal sebagai jalur lalu lintas ikan. Nelayan itu yakin hasil tangkapannya akan melimpah.
Baca Juga: Inspirasi Bisnis: Susu Nabati, dari Tren Gaya Hidup ke Peluang Cuan Menjanjikan
Seperti biasa, ia menurunkan jaring ke laut dan menunggu. Setelah merasa waktunya cukup, ia mulai menarik jaring tersebut. Namun kali ini terasa berbeda, karena jaring jauh lebih berat dari biasanya.
Saat dibuka, isi jaring ternyata bukan hanya ikan, melainkan juga pecahan keramik tua. Nelayan itu pun kaget sekaligus penasaran.
Setibanya di daratan, ia menindaklanjuti temuan itu. Kabar penemuan keramik cepat menyebar, dan menimbulkan rasa ingin tahu banyak pihak. Tak disangka, keramik tersebut diyakini bagian dari harta karun kapal karam.
Baca Juga: AS-China Sepakat Perpanjang Gencatan Perang Dagang hingga November 2025
Pemerintah bersama perusahaan swasta kemudian melakukan pencarian lebih lanjut di lokasi penemuan. Hasilnya, terdapat ribuan benda berharga yang karam di bawah laut Cirebon.
Menurut catatan Pusat Arkeologi Nasional, kapal karam itu menyimpan 314.171 keramik berupa porselen, piring, hingga mangkuk.
“Kapal karam di Cirebon terdapat 314.171 keramik yang terdiri dari porselen, piring, mangkuk, dan sebagainya,” tulis peneliti Eka Asih dalam studinya yang bertajuk "Keramik Muatan Kapal Karam Cirebon (2016)".
Baca Juga: Fenomena Joki Strava di Indonesia: Saat Orang Rela Bayar Pelari demi Pencitraan di Medsos
Nilai total harta karun itu ditaksir mencapai Rp720 miliar. Penemuan ini pun menjadi salah satu harta karun arkeologi bawah laut terbesar di awal abad ke-21.
Menariknya, hampir semua keramik yang ditemukan berasal dari China era Dinasti Tang, sekitar abad ke-9 hingga ke-10 Masehi. Kala itu, keramik merupakan barang mewah yang menjadi komoditas utama perdagangan.
“Pada masa Dinasti Tang, keramik dianggap seperti harta berharga yang diperdagangkan ke berbagai belahan dunia,” terang Eka Asih dalam studi yang sama.
Artikel Terkait
Budi Gunawan Sebut Kemenko Polkam Pantau Penyelesaian Kasus Kematian Prada Lucky Namo, Singgung soal Kehormatan Prajurit
Polemik Ijazah UNY Telat Terbit Berlanjut, Beredar Surat Pernyataan Berisi Larangan Protes di Medsos untuk Wisudawan Agustus 2025
Saat Media Asing Ikut Mengintip Strategi RI yang Disebut Ingin Jadi Pusat AI di Asia Tenggara
Muncul Fenomena Rojali-Rohana yang Disebut Bikin Mall Sepi, Ekonom Justru Soroti Maraknya E-Commerce
Fenomena Joki Strava di Indonesia: Saat Orang Rela Bayar Pelari demi Pencitraan di Medsos