Baca Juga: Kemendag Amankan 19.391 Bal Pakaian Bekas Impor Ilegal Senilai Rp112 Miliar di Bandung
Menilik dari sisi yang lain, para pekerja di negara maju justru terlihat lebih tenang menghadapi gelombang AI.
Responden di Jerman, misalnya, hanya 34 persen yang menilai ada kemungkinan pekerjaannya digantikan, sementara mayoritas 66 persen merasa relatif aman.
Jepang, bahkan menunjukkan tingkat kekhawatiran terendah. Hanya 5 persen responden di Negeri Sakura yang merasa “pasti” akan kehilangan pekerjaan karena AI.
“Jepang menonjol dengan tingkat kepastian terendah terhadap risiko otomatisasi, menunjukkan kepercayaan tinggi pada sistem kerja mereka,” demikian isi studi GPO-AI.
Dengan hasil survei ini, menunjukkan ketakutan terhadap AI bukanlah isu global yang dinilai sama oleh setiap negara.
Terdapat dimensi ekonomi, budaya, hingga kebijakan tenaga kerja yang mempengaruhi cara orang memandang teknologi.
Baca Juga: Ketua MPR Buka Suara soal Isu Periode Jabatan Presiden Jadi 8 Tahun
Pada akhirnya, terkhusus bagi Indonesia, hasil survei tersebut bisa menjadi alarm. Kendati hanya larut dalam kecemasan, pekerja perlu mulai menyesuaikan keterampilan yang sesuai kebutuhan zaman.***
Artikel Terkait
Saat Tarif Impor 39 Persen Trump Bikin Ekspor Emas Batangan ke AS Terhenti
Liu Jingkang, Miliarder Kamera Aksi yang Cetak Rekor IPO di Usia 33 Tahun
Viral Insiden Mobil BYD Tersambar Petir Sebanyak 3 Kali di Rest Area
AS-China Sepakat Perpanjang Gencatan Perang Dagang hingga November 2025
Transaksi QRIS Antarnegara Capai Rp1,66 Triliun hingga Juni 2025, Penggunaan di Sektor Wisata Turut Meningkat